Mistisisme dan Filosofi Manusia Jawa

Mistisme jawa terjabar kedalam pelbagai bentuk pandangan dan filosofi diri manusia jawa. Misalnya kelahiran manusia yang merupakan anugerah Gusti, ditempatkan dalam possi yang sangat luhur. Sehingga, pertemuan lingga dan yoni sebagai perantaranya, menjadi proses magis yang penuh spiritualitas. Bothok bantheng winungkus godhong asem kabitingan alu bengkong, merupakan simbol yang menerangkan asal-usul perspektif manusia Jawa. Secara harfiah, bothok bantheng bermakna sperma, godhong asem merupakan kemaluan wanita, dan alu bengkong dimaknai alat kelamin laki-laki.

Dalam mistisme Jawa, manusia tidak hadir sendiri di muka bumi, melainkan berempat. Kehadirannya di bumi bersamaan dengan sedulur papat. Sehingga ditambah kita sendiri, totalnya sejumlah lima pancer. Sedulur papat lima pancer, merupakan penghormatan pada orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan. Ibu juga sebagai sumber kasih sayang yang tiada habis-habisnya. Continue reading

Karya Sultan Hamengkubuwono X

Judul Buku : Merajut Kembali Keindonesiaan Kita / Penulis : Sultan Hamengku Buwono X / Penerbit : Gramedia, Jakarta / Cetakan : Pertama, 2008 / Tebal : viii + 312 Halaman / Peresensi : Rifqi Muhammad (Media Indonesia pada 29 Maret 2008.)

Jawa kerap kali dikenal karena kerajaannya. Padahal, Jawa memiliki aspek lain yang tak kalah hebat, yakni khasanah literaturnya. Dua aspek tersebutlah yang mengokohkan eksistensi Jawa. Juga, karena dua hal tersebut lah, Jawa banyak pengaruh terhadap pembentukan Indonesia. Sebab, secara filosofis, konsep mengenai “Indonesia” banyak berurat pada risalah-risalah Jawa.

Coba kita tilik magnum opus karya Mpu Prapanca, Negarakertagama. Dimana, dari karya inilah kita menemukan “Bhineka Tunggal Eka”. Sebuah kalimat yang melegitimasi ikatan kesadaran kita untuk berbangsa. Disamping itu masih banyak karya lain yang mampu menginspirasi founding father kita dalam memulai dan mengawal Indonesia. Misalnya kitab Darmagandhul karangan Ki Kalamwadi, atau karya-karya Raden Ngabehi Ranggawarsita seperti Ramalan Jayabaya, Sabda Tama, Serat Cemporet, Serat Kalatida, Suluk Saloka Jiwa, dan Wirid Wirayat Jati. Continue reading

Agar Jawa Kembali Njawani

 

Judul buku : Simbolisme Jawa / Penulis : Budiono Herusatoto / Penerbit : Ombak, Yogyakarta / Cetakan : I, April, 2008 / Tebal : xiv + 215 halaman / Peresensi : Rifqi Muhammad

Kebudayaan Jawa penuh dengan nuansa filofofis. Semua tercermin dalam ritual, khasanah literatur dan ajaran prinsip kehidupan. Dalam dunia akademis, kekayaan Jawa ibarat lahan yang yang tak pernah puso untuk dikaji. Lumbung gagasannya amat melimpah, dan mata air yang tak kunjung kering.

Sayang, kini kekayaan itu tak sepenuhnya kita miliki lagi. Dalam khasanah literatur misalnya, manuskrip-manuskrip ringan maupun karya yang menembus magnum opus, banyak yang telah hilang. Meski keraton Yogyakarta masih menyimpan, namun sebagian besar telah tertimbun di berbagai museum dan universitas di Belanda. Continue reading