Kolonial dan Koloni

Si A, salah satu warga Indonesia, dan si B, seorang bule keturunan kolonial, tengah chatting berdua. Perbincangan yang lebih dari sekedar menarik untuk disimak. Tulisan ini diinspirasi dari kisah H. Agus Salim. Alkisah, dalam sebuah perundingan dengan Belanda, suatu ketika Agus Salim menyulut rokok lintingan. Kontan, aroma wangi racikan cengkeh dan tembakau itu pun menyebar. Terdengar cletukan dari si bule, “Bau apa ini, busuk sekali. Dasar orang Hindia.” Dengan santai tokoh bangsa itu berujar, “Kenapa kalian bisa lupa, gara-gara barang inilah kalian menjajah kami.”

B : Apa yang menarik dari Negara Indonesia ?
A : Sesuatu yang membuat bangsamu bertahan 350 tahun.

B : Bagaimana aku bisa membayangkan bahwa kalian adalah bangsa yang tegar?
A : Bisakah kau berlari menghidari peluru yang ditembakan dari senapan? Jika kau tak bisa, maukah kau berlari ke arah senapan dengan menggemgam sebatang pedang atau bambu runcing?

B : Bagaimana aku berkomunikasi dengan seorang Indonesia dimana aku belum pernah mengenalnya?
A : saat kau menatap wajah mereka dan menundukan kepalamu, saat itu juga mereka adalah teman mu.

B : Seberapa banyak penduduk yang ada di Indonesia?
A : Saat kau berbuat kasar kepada kami, saat itu kau bersiap mengahdapi 3.4% dari seluruh penduduk dunia.

B :  Apa yang kalian dilakukan terhadap orang-orang sebangsa?
A : Sewaktu aku duduk dalam bus yang penuh, Seorang Ibu Tua datang,dan akupun memberikan tempat duduku kepadanya,aku berusaha mengalah, Dia tersenyum lalu membiarkan kedua anaknya duduk dan dia berdiri disampingku.

B : Apakah kerjasama diantara kalian terjaga dengan erat ?
A : Bangunlah sebuah rumah di desa-desa kami, maka calon tetanggamu akan bertanya : “Ada yang bisa kami bantu ?”

B : Aku ingin mengetahui tentang seluruh etnis di Indonesia?
A : Kau sedikitnya harus mengenal 300 etnis di Indonesia, dan butuh seumur hidupmu untuk memahaminya.

Sekian[]

–rifqi muhammad

2 thoughts on “Kolonial dan Koloni

Leave a comment