Sastra dan Sejarah

 

Dalam dunia kesusastraan Indonesia, agaknya tidak sedikit novel-novel yang bercerita mengenai sejarah. Wajar memang, sebab selain memiliki keleluasaan, genre sastra inilah yang memungkinkan untuk ditulis dengan menggunakan repertoar (repertoire) peristiwa historis. Di samping itu, novel juga ditunjang oleh kemampuannya untuk mengekspresikan secara rinci dan gamblang semua unsur sastra yang mencakup tema, fakta, dan sarana. Secara sederhana, bisa kita pahami bahwa genre sastra yang satu ini berkisah tantang cerita lampau. Hal yang tidak berbeda degan ilmu sejarah. Meski terkesan kaku karena terbalut kaidah metodologis, pada dasarnya ilmu sejarah adalah cerita.

“Serupa tapi tak sama”, demikianlah kiranya kata yang tepat untuk kedua kategori tersebut. Bila keduanya bersanding, maka akan ada banyak kemungkinan. Di samping keduanya bisa bersanding secara mesra dan saling melengkapi, namun tak menutup kemungkinan antara keduanya malah saling bertolak belakang. Hal itu tentu berkat beragam faktor yang membentuk entitas itu sendiri. Di satu sisi novel bisa bebas mengutak-atik cerita tentang lampau. Sebaliknya, ilmu sejarah hanya diperkenankan untuk menguak cerita sebenarnya dengan kebenaran yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Konsekuensinya, cerita yang diangkat oleh sastra—dalam hal ini adalah novel sejarah—bisa benar-benar terjadi, sedikit melenceng, bisa pula berbeda sama sekali. Sedangkan sejarah, memiliki kaidah keilmuan dan metodologi yang harus dipatuhi. Continue reading